Novel Tidur Bersama Hujan Bab 5 Bagian 2

Novel Tidur Bersama

Tiba tiba, aku mendengar suara yang sudah tidak asing lagi yang terdengar samar-samar dan aku segera menoleh ke belakang.

“Miu! Miu! What are you doing here?” Bahia dengan berpakaian seksi sedang menghampiriku.

“Bahia, Aku sedang mencari Faiz,” dengan raut wajah yang masih menyimpan kebimbangan. Bahia mengerutkan keningnya mengisyaratkan bahwa ia tidak mengerti dengan jawabanku.

“Faiz? Siapa Faiz?” aku belum pernah mengatakannya kepada siapa pun.
“Aku berusaha untuk melupakannya tapi entah mengapa akhir-akhir ini bayangannya semakin kuat dalam ingatanku. Barusan aku melihatnya sedang duduk di Starbuck tapi tiba-tiba dirinya menghilang dan sekarang aku sedang mencarinya. Tolong aku Bahia, tolong aku untuk menemukan Faiz.”

Sekarang aku mengerti, Faiz adalah orang yang selama ini kau pikirkan setiap masa,” aku mengangguk lemah.

“Miu, aku kesian sangat dengan kau. Selama hidupku belum pernah aku tengok ada orang yang betul-betul mencintai seseorang seperti kau mencintainya. Aku paham hati kau pasti terasa sakit sekali tapi percayalah bahawa waktu boleh menyembuhkan lukamu dan kau kena banyak bersabar dan belajar untuk ikhlas? Aku selalu ada dalam keadaan kau susah dan senang.”

“Betulkah waktu boleh menyembuhkan hati yang sedang terluka karena kehilangan seseorang? Tapi, masalahnya sampai bila kumerasakannya? Satu bulan, dua bulan, tiga bulan dan sekarang sudah setengah tahun, but I am still thinking about him for every single day. Mungkin waktu tak boleh menyembuhkannya tapi waktu hanya membantu kita terbiasa dengan luka itu,” Bahia segera mendekapku dan berusaha menghiburku dengan kemampuannya menciptakan lelucon-lelucon yang menggelitik hati.

by the way, aku tak mahu tengok kau bersusah hati lagi sebab malam ini kita ada party dan aku akan hiburkan kau. Kita joget puas-puas kat club night nanti then aku akan kenalkan kau dengan kawan laki-laki aku yang handsome-handsome. Confirm kau mesti suka,” Kata-kata yang terlalu berani dan vulgar untuk diucapkan oleh seorang perempuan. Musik dijiwaku pun bersenandung dengan merdunya lalu ia kian merdu disaat aku menyadari penampilan Bahia yang menyerupai cat women.

Dia mengenakan sepatu boot hitam yang separas lututnya lalu memakai celana panjang yang ketat berwarna hitam polos mengkilat serta dipadankan dengan jaket kulit warna hitam yang juga ketat sehingga menampakan likuk-likuk tubuhnya. Andaikan dirinya mengenakan topeng dan mengenggam cambuk hitam maka sudah pasti Bahia menjadi cat women yang sempurna. Kembali dirinya memainkan musik dijiwaku tanpa belas kasihan.

“Nah, macam itulah, ketawa dan aku happy sangat bila tengok kau ketawa macam itu,” ceria itu pun kembali hadir di wajah Bahia yang bermake-up terlalu terang. Perempuan-perempuan di sini memang suka bermake-up ala artis-artis barat.

Dari cara mereka bermake-up aku dengan mudah membedakan antara perempuan lokal dengan perempuan Indonesia yang bermake-up ala kadar yang seolah-olah tidak bermake-up. Bagiku secara pribadi, itulah seninya bermake-up yang membuat make-up itu indah karena kelihatan natural.

Bahia, you look so beautiful and very sexy,” aku tahu Bahia sangat senang dengan pujian.

Off course, darling. I am a Miss world since 1998. What can I say?” wajahnya kian merona dan suasana pun kembali ceria. Respon Bahia terhadap pujianku tadi sudah cukup membuat jiwa ini bernyanyi.

Ketika cinta itu begitu menyiksa, maka ia akan terasa lebih nikmat dan teramat mengasyikan untuk diakhiri.

Bugis Junction dan Bugis Street saling bertatapan. Mereka hanya terpisahkan oleh jalan raya yang cukup lebar. Jalan raya yang sedang Bahia dan aku seberangi sekarang, kenderaannya melaju ke arah kiri dan kini kami sudah pun berdiri di tengah-tengah antara kedua-dua jalan raya tersebut kami menunggu lampu hijau menyala agar kami boleh melintas dengan selamat sekaligus menemui Danil yang sedang menunggu di pintu gerbang Bugis Street.

Rasanya sudah tidak sabar melihatnya untuk yang kedua kali. Jantungku berdenyut lincah dan kurasakan ada sejenis enzim yang sedang mengalir bersama darah ke sekujur tubuh sehingga membuat perasaanku bahagia.

Denyutan jantungku kian lincah tatkala bayangan Danil terlukis di kedua-dua bola mataku. Model rambutnya belah di tengah dan panjangnya separas leher menambah kharismanya. Kemeja warna ungu yang membalut di tubuhnya kelihatan sedikit ketat sehingga menampakkan otot-otot badannya yang berkulit putih bersih. Hidungnya memang kecil tapi mancung begitu juga dengan mulutnya yang munggil dan berbentuk, dia memang lelaki tampan yang berkarakter dan cukup seksi ketika kedua kakinya yang panjang dibalut dengan skinny jean hitam. Danil tidak sesuai menjadi buruh pabrik. Rupanya yang menawan lebih sesuai menjadi seorang model ataupun aktor bintang film.

Ia menatapku agak lama juga dengan raut wajah yang sedang berfikir. Sulit untukku menerka sesuatu yang ada di pikirannya. Aku pikir dia mungkin terkesima dengan penampilanku yang sekarang. Sudah tentu aku kelihatan sangat berbeda dengan diriku yang pertama kali dia lihat.

Rambutku sudah tidak lagi beratakan seperti ia lihat kemarin serta dandananku sudah rapi, bersih dan mengeluarkan aroma harum Ana Sui. Aku juga merasa lebih bahagia dan ceria tidak seperti pertama kali dia melihatku yang sarat dengan beban hidup.
Berada di samping Danil, kumerasa seperti seorang puteri yang hidup di kerajaan dongeng.

“Danil!” panggilan Bahia masih belum mampu mengusik tatapannya kepadaku. Sekarang aku benar-benar yakin lelaki tampan yang sebelum ini ku pikir angkuh sedang menatapku dengan sejuta makna.

“Danil!” Bahia kembali memanggilnya dan Danil segera mengalihkan pandangannya ke Bahia. Kali ini aku tersenyum bahwa yang ku pikirkan tentang dia ternyata benar adanya. Danil sedang terkesima melihat penampilanku.

Bersambung,

Silakan kembali ke daftar isi novel Tidur Bersama Hujan untuk melanjutkan Bab yang belum kamu baca.