Jam dihandphone menunjukan angka 20:47.
Ketika keasyikan itu hinggap waktu terasa sekejap. Danil, Bahia dan aku sedang menunggu
kedatangan bus dua tingkat bernomor 254 dan akan turun di depan Stasiun Mrt
Clark Quay. Jarak yang ditempuh tidak begitu jauh kira-kira 20 menit. Sekali
lagi aku memperhatikan Bahia saat menaiki Bus dan untuk yang kedua kalinya Bahia
naik Bus gratis.
Novel Romantis Tentang Pengorbanan Hidup
Semua tempat
duduk sudah ditempati oleh penumpang bahkan ada banyak yang berdiri, hampir semua
ruang sudah terisi oleh penumpang yang kebanyakannya remaja dengan fashion mereka
yang terkini. Bahia dan aku mengikuti langkah Danil menapaki anak tangga menuju
ke lantai dua. Semua kursi di bagian depan juga sudah ditempati lalu kami
berjalan ke bagian paling belakang dan kebetulan ada 4 kursi yang kosong dan sejalur.
Aku duduk di antara Danil dan Bahia . Aku tak
berani menoleh ke samping kanan karena jarak Danil denganku terlalu dekat, itu
merupakan jarak terdekatku dengannya.
Ba6 6 Bagian 1 Tentang pengalaman pertama Miu di dunia malam.
Bus yang sedang
kami tumpangi kini bergerak di atas jalan raya yang luas dan bertingkat. Dari
kaca jendela bisa kurasakan suasana kota yang super sibuk dan pemandangannya
yang indah dan megah oleh bangunan-bangunan pencakar langit yang berjejer di
sisi jalan raya dengan memancarkan cahaya warna-warni yang khas.
Bangunan Marina
Bay sand, jembatan Helix, Condomonium-condomonium elit serta Singapore Flyer
yang seolah-olah berdiri di atas permukaan air laut mengingatkanku tentang Faiz.
Disana merupakan tempat pertama kali kami memadukan dan mengharmonikan
getaran-getaran cinta. Ketika bayangan Faiz hampir sempurna di pikiranku
tiba-tiba sekujur tubuh ini seperti dialiri listrik yang menghangatkan jiwa
serta menghidupkan kembali sel-sel matiku apabila lengan atas Danil menyentuh
kulitku dan jantungku tiba-tiba berdebar begitu kuatnya sehingga darah mengalir
sederas-deratnya. Segera kumemalingkan wajahku ke wajahnya dan ia pun melakukan
hal yang sama. Kami saling bertatapan seolah-olah berkomunikasi lewat bahasa
mata.
Kupikir Danil juga
mengalami sengatan listrik itu. Apakah ini bunga-bunganya cinta? Ah tidak, aku
masih mencintai Faiz. Hati dan pikiranku hanya ada Faiz seorang lagipun tak
mungkin cinta itu wujud hanya beberapa hari aku mengenalnya tetapi, hati
kecilku mencoba untuk menafikannya.
Kami masih
bertemu mata kemudian kualihkan pandanganku pada kulitku yang saling bersentuhan
dengannya saat menyadari itu Danil segera menjarakkannya kembali. Suara Bahia kemudian
memecah kesunyian diantara kami.
Bus bertingkat dua
kini berhenti di perhentian bus yang letaknya berhadapan dengan Stasiun Mrt Clark
Quay. Kami segera turun. Beberapa toko-toko terkenal di Singapura bisa kulihat
dibagian luar Satsiun seperti Cheers, 7eleven dan Starbuck café, Café yang
senantiasa mengingatkan aku tentang Faiz. Di sebelah kiri Stasiun berdiri River
Mall yang bertatapan langusng dengan Sungai Singapura.
Kami menyeberangi
Sungai Singapura dengan jembatan mini yang juga merupakan penghubung dua jalan
raya. Dari posisi kami sekarang, Clark Quay sudah memperlihatkan keindahannya
pada waktu malam. Bangunan-bangunan yang memantulkan cahaya warna-warni pada
permukaan air tertata rapi di pesisir sungai yang melewati daerah Raffles place
hingga ke Marina Bay sands.
Perjalanan kami
menuju klub malam bernama Zirca. Dari perhentian bus
tadi kurang lebih selama 10 menit mencapai tempatnya. Kami berjalan di sisi
sungai yang permukaan airnya sedang dihiasi oleh perahu-perahu kayu yang
memancarkan kilauan cahaya warna-warni. Sementara di sisi kananku ada permainan
yang menguji nyali namanya bungy jump dan GX5 dan kebetulan permainan itu kini sedang
dimainkan. Aku pun mendongak ke atas langit mengikuti rentak orang-orang yang
memainkannya dimana seolah- olah mereka terlontar ke atas lalu menghujam ke
bumi dan kemudian kembali melambung tinggi ke atas dan sebaliknya sehingga permainannya
selesai.
Musik disko sudah
bisa kudengar karena disetiap sisi jalan merupakan bar dan cafe yang mana
pengunjungnya kebanyakan turis-turis berambut pirang.
“That’s an Atiqa Club but we are not
allowed to enter because yang boleh masuk hanya pengunjung yang berusia 25 tahun ke atas” Ucap Bahia sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah night club yang dimaksud. Kulihat banyak muda-mudi berpakaian serba hitam sedang antri untuk masuk kedalam.
“Excuse me!” Timpal Danil sambil menatap kedua mata Bahia .
“Kurasa yang
tidak boleh hanya aku dan Miu saja sebab hanya kita berdua dibawah 25 tahun.
Kau kan sudah 35 tahun ke atas” Sambung Danil sambil tertawa kecil.
“Kau ni Danil tak
boleh ke buat aku merasa lebih glamour. Tak apa sekarang kau boleh kutuk aku
tapi bila dah sampai club nanti aku lah the Queen dan yang paling terang bahkan
aku lebih terang dari lampu-lampu klub malam” sifat norak Bahia justeru sebuah hiburan
yang menyenangkan. Untuk yang kesekian kalinya aku berterima kasih didalam hati
kepada perempuan yang rasa percaya dirinya terlalu tinggi untuk diraih oleh
siapa pun.
Bagiku Bahia merupakan
wanita paling norak sedunia yang pernah kukenal dan anehnya sifat noraknya itu justeru
pelipur lara hatiku.
Kini kami semakin
menjauhi sisi sungai dan mendekati tempat-tempat hiburan yang tumbuh menjamur
di area Clark Quay. Kami sedang dikelilingi oleh Café, Bar dan kub malam yang
di tengah-tengah mereka ada pertunjukan air pancur berwarna-warni dimana
gerakan airnya berubah-rubah setiap detik. Kami benar-benar berada di posisi Singapura
yang sangat mengagumkan. Dititik inilah Dunia malam Singapura wujud disepanjang
sungai Singapuranya.
“Nah sekarang
kita pun dah sampai. Itulah club yang akan kita masuk nanti” lagi-lagi Bahia
yang mengenyah kebisuan. Huruf-huruf yang bertuliskan kata “Z-i-r-c-a” yang
memancarkan cahaya sangat terang terpampang begitu elegan di atas pintu masuknya.
“Itulah Zirca
nama clubnya, sekejap lagi kau akan tengok kalau Miss world is a queen dalam club itu tau! Aku akan kenalkan kau dengan jejaka-jejaka
handsome so, kau kena tampak cantik macam aku,” sudah
pasti aku akan tersenyum lebar ketika perempuan paling norak sedunia itu bersuara.
Kami sedang
berada dalam barisan yang lumayan panjang, menanti giliran untuk bisa masuk ke
dalam. Harga tiketnya $28 per-orang tapi kalau kita malas untuk antri maka kita
bisa menggunakan cara express dengan syarat setiap orang yang masuk harus
membelanjakan uangnya minimal 100 dollar sebagai pengganti harga tiket.
Beruntung sekali
aku bisa mendengar lagu k-pop dari negeri gingseng yang sedang dikumandangkan
oleh bar korea yang posisinya bersebelahan langsung dengan Zirca.
Menikmati musik
korea pasti mengingatkanku dimasa SMA-ku dulu. Aku sangat menyukai drama-drama korea
yang mengharu biru seperti Spring day, Summer scent dan masih banyak
lagi.
Aku butuh riuh
rendah, ramai bergemuruh.
Dengan mereka
kutemukan pelipur hati dan resah itu pergi.
Ku tak ingin sepi.
Dengan sepi masa
lalu itu ada,
Memaksaku
berkelana ke dunia airmata.
Karena sepi maka
takut itupun menjelma.
Sejak mulai
berbaris tadi hingga aku memperlihatkan kartu idendtitasku kepada penjaga pintu
gerbang Zirca yang mengenakan pakaian serba hitam, Bahia
tak henti-hentinya mengasah vokal yang menurutku nyanyiannya seperti suara kucing
yang sedang terjepit pintu atau suaranya Mickey Mouse yang sedang menjerit-jerit. Anehnya itu yang membuat diri ini
bisa bertahan mendengar nyanyiannya.
Sekarang kami
sudah masuk ke dalam klub lalu mencari locker untuk menyimpan barang-barang
pribadi. Dengan memasukkan uang siling sebanyak dua dollar maka kami sudah bisa
menggunakan jasa locker dan kembali Danil yang membayarnya.
Entah mengapa
hatiku mulai gelisah karena ini merupakan pengalaman dunia malamku yang pertama.
Denyutan jantungku mengikuti rentak musik disko yang lincah dan cepat sehingga rasa
tidak nyaman itu dengan mudah merambat. Sebenarnya ingin sekali kupergi dari
tempat ini, suasananya sangat bising dan dingin. Kupikir aku tak akan bisa
bertahan lama di tempat seperti ini yang mana udaranya berbau alkohol.
Ketika berjalan
mencari tempat duduk, posisiku berada diantara mereka berdua. Danil dibarisan terdepan.
Setelah menemukan tempat yang nyaman, Bahia mengajakku ke toilet dan kebetulan
sekali aku berniat untuk buang air kecil karena rasa gugup yang kurasa sangat
berlebihan. Kami sedang melihat diri masing-masing di cermin. Bahia
sedang mengeluarkan peralatan make-upnya dari tas hitamnya. Dengan asyik
kuperhatikan dirinya yang sedang memertebal make-up diwajahnya yang kupikir
ketebelannya sudah setengah inci.
“Kenapa
tengok-tengok tak pernah tengok perempuan cantik ke?” canda Bahia dan bibirku langsung
merekah.
“Kau memang
tampak cantik sekali malam ini,” balasku yang sedang berusaha membuang rasa ketidaksukaan
ku akan dunia malam.
“Off coure I look beautiful. Kau lupa ke? Aku kan Miss world since 1992.” Aku tertawa kecil.
“you’re always
Miss World since 1992”
“Thanks darling.
Kau bagi aku satu soalan?”
“Asal pulak?” Tanyaku
heran dengan bahasa melayu tempatan.
“Konon aku sedang
bertanding dalam pertandingan ratu Dunia lah kan dan kau adalah judge dia so
kau tanyalah aku satu soalan nanti aku akan beri jawapan-jawapan yang
seolah-olah aku ni sedang ikut dalam pertandingan Miss Word.”
Bahia langsung
memasang tubuh yang elegan seperti layaknya para kontestan yang sedang ikut
kontes dipemilihan Ratu Dunia.
“Bahia from Singapore . Definisikan arti kecantikan menurut
pandangan anda?” Aku pun berakting layaknya juri dipertandingan kontes kecantikan
ratu dunia itu.
“Menurut saya
kecantikan adalah apabila kita punya rasa percaya diri yang tinggi maka kita
akan merasa cantik. Bukan disebabkan kita cantik yang buat diri kita confident tapi sebaliknya disebabkan kita confident lah yang membuat
diri kita ini cantik dan seorang perempuan seharusnya merasa bahwa mereka itu
sebenarnya bertambah cantik apabila usia mereka bertambah bukan justeru merasa sebaliknya.”
“Bahia jawapan kau tadi bagus sekali. Betul-betul inspirasi,”
aku sama sekali tidak menyangka ternyata Bahia punya filosofi kecantikan yang
luar biasa. Tidak heran ia masih tampak menarik meskipun di usianya yang
kupikir sudah 40-an.
“Off course lah aku kan Miss world so
what can I say? Kau perasaan tak
wajah aku ini kombinasi dari tiga perempuan-perempuan cantik.” Lagi-lagi sifat noraknya
yang sedunia itu berhasil memainkan nada-nada merdu dijiwaku ini.
“Siapa saja
perempuan-perempuan cantik itu?” Tanyaku yang masih menyimpan kelucuan darinya.
“Kau dengar aku
baik-baik ya. Kalau artis Melayu, tak kira dari Singapore ke, Malaysia ke
atau Indonesia
ke? Aku ini mirip Krisdayanti. Kalau Artis Hollywood pulak aku ini macam
Angelina Julie tapi kalau artis Bollywood aku ini mirip sangat dengan Asywarya
rai jadi sebab itulah kecantikan aku ini tiada tandingannya,” cukup aku berkata
di dalam hatiku Bahia memang perempuan paling norak yang pernah ada dalam
kehidupanku. Norak tapi sangat menghibur.
“Now is your turn.
Since you are Miss Universe so konon-kononlah aku yang jadi judge
sementara kau ialah salah satu kontestant dalam pertandingan pemilihan Ratu
Sejagat,” kami pun bertukar peran. Kini Bahia menjadi jurinya sementara aku
berpura-pura menjadi salah satu kontestannya.
“Miu from Indonesia . Apakah makna kecantikan buat anda?”
Aku berpikir sejenak dan tiba-tiba aku menemukan insiprasi dari kata-kata Bahia barusan bahwa wajahnya mirip dengan artis-artis pujaannya.
“Menurut saya,
kita tidak akan pernah menjadi cantik selagi kita masih membandingkan atau
membayangkan diri kita sendiri dengan atau menjadi orang-orang dan artis-artis
pujaan kita. Disaat kita berhenti membayangkannya, membandingkan diri kita
sendiri dan mulai bangga dengan apa yang kita miliki maka disaat itulah kita
menjadi perempuan paling cantik sedunia. Terima kasih.” Jawaban dari hatiku
yang terdalam. Bahia memandangku lekat-lekat. Kupikir
jawabanku tadi mengena tepat dihati dan pikirannya.
Bersambung,
Silakan kembali ke daftar isi novel Tidur bersama Hujan untuk menemukan bab novel yang belum kamu baca.