Novel Terbaru Kehilangan Itu Masih Ada


Berikut adalah kisah novel terbaru tentang cinta yang  diperankan oleh seorang perempuan tangguh bernama Miu. Dia seorang perempuan tegar yang mampu mengatasi setiap rintangan di kota Singapura. Kini dia secara resmi berstatus gelandangan di kota metropolitan tersebut. Seperti apa kelanjutan dari Bab 4 bagian bagian 2 Tentang Dia?

novel terbaru

Sambungan novel terbaru ini di bab 5 bagian 1 kehilangan itu masih ada. Pada bab ini Miu hidup di dalam alam bawah sadarnya. Dirinya masih dalam luka kehilangan yang tiada tara.

Novel Terbaru Gratis 


Kucium kedua-dua pipi Arif sambil aku berjanji bahawa aku akan datang ke rumahnya lagi karena jika tidak sudah pasti Arif tidak mahu menghentikan tangisannya. Arif menangis ketika aku keluar dari rumahnya, memang acap kali terjadi, jadi terlebih dulu aku harus mempersiapkan diri sebelum meninggalkannya.

Posisi blok kediaman Kak Eli sangat strategis karena kedudukannya tak jauh dari dua stasiun MRT. Stasiun MRT Boonlay yang sedang ku tuju sekarang sangat dekat dengan rumahnya, tapi stasiun MRT Pioneer jauh lebih dekat yang kedudukannya bersebelahan dengan kedai kopi yang sering aku gunakan toiletnya jika aku bermalam di dalam rumah-rumahan yang ada di playground yang berdekatan dengan blok kediamannya. 

Aku lebih nyaman menggunakan stasiun MRT Boonlay daripada stasiun MRT Pioneer karena sudah terbiasa dengan lingkungannya. Lagi pula stasiun MRT Pioneer masih sangat baru beroperasi beberapa bulan yang lalu.


Kini aku sedang menunggu lampu penyeberangan berwarna hijau untuk menyeberang dan di bola mataku juga sudah ada bayangan Jurong Point Mall dan di sebelah kanannya ada stasiun MRT Boonlay. Di seberang jalan ada perempuan Cina setengah baya sedang berjualan eskrim. Aku selalu membeli eskrimnya sebagai pencuci mulut sekaligus oleh-oleh buat Arif ketika bertamu kerumahnya. Aku semakin mendekati penjual eskrim itu dan saat bertemu wajah kami saling menghadiahkan senyuman. Aku terus berjalan lurus dan setelah kira-kira 10 meter aku belok ke kanan memasuki stasiun MRT Boonlay.

Sebelum masuk ke dalam kereta listrik, terlebih dahulu aku memasuki toiletnya. 

Rambut hitamku yang panjangnya separas lengan aku biarkan bebas terurai dan aku ada penyepit rambut warna hitam di sebelah kanan agar terlihat rapi.

Jam di handphone menunjukkan angka 18:23, maka cepat-cepat aku menuju landasan rel MRT yang ada di lantai dua. Ada banyak muda-mudi yang sedang menunggu kedatangan kereta listrik yang tiba setiap 5 menit sekali. 

Aku maklum sekarang malam minggu sudah pasti mereka akan pergi ke tempat-tempat hiburan atau pusat-pusat keramaian yang berlokasi di City Hall, Bugis dan Orchard.

Kereta listrik sedang menghampiriku. Bersama penumpang yang lainnya aku beri ruang untuk penumpang-penumpang yang hendak turun di Stasiun MRT Boonlay, yang merupakan stasiun ketiga setelah Joo Khoon dan Pioneer. 

Kemungkinan besar masih ada kursi yang kosong untuk aku duduki. Tempat dudukku berada di tengah–tengah karena dua kursi di bagian paling kiri dan kanan merupakan tempat duduk yang dikhususkan untuk penumpang-penumpang yang paling memerlukan seperti ibu hamil, para lansia dan mereka yang sedang menggendong bayi.

Pengalaman paling asyik saat berada di dalam kereta listrik sehingga perjalanan menuju ke Bugis yang kira-kira 40 minit lamanya menjadi tak terasa karena melihat fashion show tidak resmi yang diperagakan oleh penumpang-penumpang di dalam kereta. Orang Singapura punya rasa fashion yang tinggi sehingga aku boleh membedakan antara penduduk lokal dengan orang asing.

Pandanganku fokus kepada dua remaja perempuan yang harus berdiri karena semua tempat duduk sudah ditempati. Perempuan yang berdiri di sisi kiri mengenakan celana pendek, terlalu pendek buatku dan warna merah jambunya sama dengan warna sepatunya yang dipadankan dengan blouse lengan panjang yang bercorak zebra. Temannya memakai baju yang kainnya seperti nilon warna cream dan dilengkapi tali leher bercorak kupu-kupu merah di mana warnanya sepadan dengan gaun mini yang pendek separas lutut. Kalau bukan Singapura, aku rasa aku tidak akan mengambil berat tentang penampilan. 

Jurong East sedang di suarakan oleh operator MRT, ada banyak penumpang yang akan turun dan juga yang hendak naik. Jurong East merupakan stasiun hentian sementara atau stasiun peralihan, jadi tidak heran jika ada banyak penumpang di stasiun ini. 

Bagi mereka yang akan pergi ke Woodland, Sembawang atau daerah-daerah bergaris merah maka harus turun di stasiun ini untuk menukar kereta listrik yang ada di jalur merah. Memandangkan aku hendak pergi ke Bugis yang ada di jalur hijau maka aku tak perlu keluar karena nanti kereta listrik ini akan terus bergerak laju menuju ke Changi dan Pasir Ris.

Kira-kira 30 menit lagi kereta akan tiba di Bugis. Aku mengambil kesempatan untuk melelapkan mata sejenak dan sejurus kemudian bayangan Faiz sangat terang di kegelapanku. Fikiran dan hati ini pun terusik oleh mimpi tadi malam, padahal sebelum kedatangan mimpi itu aku sudah bertekad untuk melupakannya tapi sekarang terasa sulit. Berulang-ulang kali aku bertanya kepada diri ini, adakah aku masih mengharpakannya kembali? 

Kereta listrik yang sedang kunaiki ini baru saja meninggalkan Stasiun Tanjung Pagar, artinya beberapa stasiun lagi harus dilewatinya untuk sampai ke Bugis. Aku gunakan waktu luang ini untuk meluahkan isi di dalam dada ke lembaran putih yang senantiasa mendengar isi hatiku.

Diary,
izinkanlah aku mendefinisikan apa itu cinta menurut pandanganku sendiri.
Cinta bagiku,
memiliki arti yang berbeda untuk setiap orang maka buatku cinta itu;
ketika aku melihat warna ungu.
Ketika aku mendansakan sebuah pena di atas kertas.
Ketika aku meluahkan suatu rasa dengan kata-kata.
Ketika ada seseorang memberiku perhatian yang tulus.
Ketika ada anak kecil memandangku, tersenyum
dan apalagi memanggil namaku.
Ketika aku bermain bulu tangkis atau pun berenang.
Ketika aku berkumpul dengan mereka yang sudah kuanggap keluarga.
Ketika ada orang yang percaya akan ucapanku sementara yang lainnya tidak.
Ketika aku memakai rantai pemberiannya.
Ketika aku meyembah Tuhan yang aku percaya dia selalu ada untukku.
Apapun itu, cinta adalah rasa yang boleh menyulap resah menjadi hal paling indah.

Suasana hatiku terasa lebih damai setelah menulis puisi dan aku terus bangun dari tempat duduk lalu bergerak menuju pintu keluar karena kereta listrik kini berhenti di stasiun Bugis.

Langkahku terhenti tatkala melihat Starbucks Coffee, sebuah café yang terkenal di kota-kota besar seperti di Singapura. 

Hidup di dalam alam bawah sadarku, jiwaku diajak kembali berlayar ke masa lalu yang sedang kuusahakan untuk tidak kuingat-ingat lagi. Kini bayangan Faiz sedang duduk di café itu sembari menyuapiku sepotong kek coklat kesukaanku. 

Aku mendengar dia berbicara dengan lemah lembut melantunkan kata-kata manis yang mampu melayangkan jiwaku ke suatu tempat seperti syurga. 

Kini di memarahiku dengan marah manjanya ketika handphoneku sedang berbunyi. Kulihat wajahnya dekat-dekat disaat dirinya sedang cemburu. Terus terang aku suka dia begitu. Memang tujuanku untuk membuatnya cemburu karena itu petanda cinta. 

Tangannya sedang mendekati tanganku. Tangan orang yang paling ingin kusentuh ternyata telah memegang tanganku yang tadinya kuusahakan untuk kuhindari, sebab aku malu dengan pandangan orang-orang sekeliling. 

Rasa sayang dan cintaku kepadanya bertambah dalam. Seharusnya tak boleh kubiarkan cinta itu berarkar terlalu dalam sebab janganlah kamu mencintai seseorang atau sesuatu sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri apalagi melebihi cintamu untuk dirimu sendiri. Namun aku mempedulinya, aku memang tak mampu mengendalikan hati dan perasaan yang sedang melandaku kini. Cintaku kepadanya bagai denyutan jantung yang memberikan aku kehidupan. 

Tak sanggup untuk aku membayangkan jikalau suatu hari nanti aku kehilangannya karena bukankah semua ini tidak ada yang abadi. Hanya dengan memikirkannya saja sudah sangat mengerikan apalagi itu benar-benar terjadi. Aku tak akan pernah putus asa untuk mengabadikan cinta ini hingga ke syurga. Kalimat yang selalu dia lafazkan dan aku kerap mengulanginya. Cintaku kepadanya sampai ke pintu syurga.

Tiba-tiba bayangan itu menghilang dari pandanganku.

Kemana hilangnya orang paling ingin aku lihat? Kenapa aku tidak melihatnya lagi? Ke mana dia pergi? Gundah, resah, gerah menyerang hatiku bagai kumerasakan semarak perang bergejolak di dalam dada. Hatiku sudah pun berdarah-darah karenanya. Jangan biarkan ia terus berdarah jika kau tak ingin diri aku pergi buat selama-lamanya.


Rasanya seperti berjalan di atas angin tanpa arah dan tujuan. Deringan handphone yang ada di genggamanku telah aku abaikan. Jiwaku telah terbius oleh masa lalu yang sedang berandai-andai untuk menemukan bayangan seseorang yang paling ingin kupeluk. 

Aku tak mampu menghentikannya, aku terus berjalan sembari melirik ke kiri dan ke kanan namun dia tak kunjung kutemukan dan ia seperti mimpi yang pernah kualami beberapa hari yang lalu. 

Bersambung,

Kamu bisa lanjutkan membaca novel terbaru ini yang berjudul Tidur Bersama Hujan di daftar isi. Silakan klik bab-bab yang belum kamu baca di daftar isi novel terbaru Tidur Bersama Hujan.